kalau ga ada aral melintang, tiap tahun kami sekeluarga selalu menyempatkan diri ke Pandansari, sebuah desa kecil di kecamatan Poncokusumo, Malang. lama perjalanan sekitar satu jam dari rumah. lewat sawah, jalanan yang naik turun, kebun apel, cengkeh, dan tebu. beberapa tahun silam, tempat ini masih merupakan salah satu sentra penghasil apel malang yang enak itu. tapi mereka sedang diuji Allah, kebun apelnya bermasalah. alhamdulillah tahun ini sudah mulai membaik. dan syukurlah ciri khas desa ini tetap ada: pohon apel di tiap halamandesa ini adalah tempat ayah-ummi mengawali karir. kalo ga salah mereka pengantin baru juga di sini. ada satu kerabat dan selebihnya adalah warga desa yang akrab karena dulu pernah ditumpangi selama ayah-ummi tinggal di sini. dulu=kurleb 26 tahun
lalu.makanan kesukaanku kalau lagi berkunjung ke Pandansari adalah: nasi empog. ini nasi jagung, tapi butirannya lebih halus. kira-kira sehalus tepung roti atau tepung panir. karena itulah, nasi empog ga pernah dicuci dulu sebelum dimasak. bisa hanyut semua saking halusnya. jagung dan beras yang dipakai buat bikin nasi empog ini dicuci bersih dulu, baru dihaluskan.
lauk pendampingnya biasa aja, ikan asin, tahu tempe, sambal, lalap daun labu+singkong+pepaya. itu aja udah bisa bikin kami nambah berkali-kali. waktu kecil, aku sering bikin nasi empog goreng buat sarapan. coz semasa TK-SD, aku bisa nginap di Pandansari sampe dua minggu hihihi
kalo lebaran, yang khas di sini adalah madu mongso, jenang, antari, opak, dan jajan larut. kalo madu mongso di mana-mana ada ya. jadi ga usah lah diceritain lebih panjang. jenang juga dengan berbagai versi, tapi di sini ga terlalu manis. cocok buat aku yang emang udah manis dari sononya ^_^
jajan larut itu dibuat dari tepung umbi larut, telur, kelapa (bisa diparut saja atau dibuat koya), dan gula. sampe sekarang aku ga tau persis resep
jajan larut ini. jadinya tuh kue kering yang lumer di mulut. rasa kelapanya nendang. menurutku lebih enak kalo kelapanya dibuat koya dulu, hasil akhirnya lebih cantik. oia, dari hasil ngobrol sekilas pas lebaran, untuk satu resep jajan larut diperlukan 60 butir telur. OMG, berapa kilo tuh?kalo antari tuh bayangin aja rempeyek, ilangin teri-kacang-udangnya, en dibentuk dalam motif matahari. bolong-bolong dengan tebal kurleb satu senti, diameter kurleb 5 senti. tapi tipis gitu. jadi renyah. sayang kelupaan ga difoto. kebayang ga? ada antari yang manis, ada juga yang asin.
sedangkan opak, biasanya kami temui di rumah Pak Matlub, mak comblang ayah-ummi dulu. blio udah ga bikin sendiri, tapi pesen. opak sebanyak satu kaleng gede, lebih gede dari kaleng kerupuk di warung-warung, harganya cuma 25 ribu. muraaah....dan enak. berasa wijen banget.
ah iya, meski desa penghasil apel, tapi mereka ga bikin keripik apel yang sekarang ngetop itu. keripik apel biarlah jadi ciri khas Batu dan Malang kota. mereka tetep lebih milih jenang, jajan larut, madu mongso, dan antari.
